Pandeglang - Siapa yang tak kenal Taman Nasional Ujung Kulon TNUK, sebuah tempat konservasi hewan liar, khususnya badak bercula satu. Ini adalah binatang paling langka di dunia yang hanya tersisa sekitar 60 ekor tempat konservasi binatang langka, TNUK yang masuk ke dalam Kabupaten Pandeglang, Banten, ini menyimpan banyak destinasi wisata "surga tersembunyi".Untuk sampai ke TNUK yang berlokasi di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, warga Jakarta bisa melalui Jalan Tol Tangerang-Merak dan keluar Gerbang Tol Serang Timur. Selanjutnya, ambil arah ke Kecamatan Baros, Labuan, hingga ke arah Panimbang. Dari perempatan Panimbang, segera mengambil arah Kecamatan Sumur. Perjalanan bisa ditempuh sekitar lima jam lamanya. Kenalkan Anak Badak Ujung Kulon, Erna Sampai Ratu Ayu Tak Lagi ke Pasar, 22 Monyet 'Sarimin' Kini Bebas di Ujung Kulon Fakta Tentang Pulau Peucang, Primadona Cantik dari Ujung Kulon "Tapi jangan pernah merusak lingkungan sama ganggu hewan-hewan yang ada di sini," kata Muhammad Dandy Rizky Nugraha, seorang pegiat wisata Ujung Kulon, Minggu, 14 Mei 2017. Menurut alumnus jurusan komunikasi sebuah universitas di Kota Serang, Banten itu, setidaknya ada sembilan destinasi wisata unggulan di 'Taman Badak' ini. 1 Pulau Peucang, beraneka ragam satwa tinggal di pulau tersebut, seperti rusa, banteng, biawak, ular, monyet, hingga biawak. Selain itu, ada beberapa spot snorkeling yang bagus untuk penikmat wisata taman bawah laut. Salah satunya di Ciapus dan Legon Kulon. Ke pulau tersebut bisa ditempuh menggunakan kapal dengan waktu tempuh tiga jam dari Kecamatan Sumur. 2 Karang Copong, spot untuk menikmati sunset terbaik di Taman Nasional Ujung Kulon ini. Bisa ditempuh dengan perjalanan laut yang dilanjutkan dengan treking menembus lebatnya hutan ditemani dengan hewan liar. 3 Pohon Kiara berusia 100 tahun lebih yang sudah sulit ditemui dan memiliki eksotisme tersendiri. Untuk merangkul pohon tersebut dibutuhkan hingga 35 orang dewasa. 4 Tanjung Layar, titik nol kilometer Pulau Jawa. Terdiri atas gugusan karang dengan pemandangan Samudera Hindia dan Selat Sunda, tepatnya pertemuan arus di antara keduanya. Di lokasi ini pun terdapat reruntuhan bangunan peninggalan zaman Belanda. Untuk ke lokasi ini, Anda bisa berjalan kaki menyusuri hutan Ujung Kulon melalui wilayah Ciramea dan Cibom yang bisa dijadikan lokasi berkemah. Sebelumnya menyeberang dari Pulau Peucang. 5 Cidaon, sebuah savana atau padang rumput tempat para banteng, burung merak, dan rusa mencari makan di alam liar. Waktu kunjung ideal ke lokasi itu adalah pagi hari sekitar pukul WIB. 6 Pulau Badul, sebuah pulau kecil yang menjadi lokasi snorkeling lainnya dengan patung badak bergaya penyelam di bawah laut. Lokasi itu bisa diakses melalui penginapan Sarang Badak, Kecamatan Sumur dengan perjalanan air selama satu jam Pulau Oar, destinasi wisata murah meriah dengan jarak tempuh dari Wisma Sarang Badak hanya sekitar 30 menit saja. Hamparan pasir putih, beningnya air laut yang terlihat ekosistemnya, dan ditambah rerimbunan hutan, menambah eksotisme pulau seluas lima hektare tersebut. Wisatawan pun bisa berkemah dan snorkeling di lokasi tersebut dan jangan pernah membuang sampah sembarangan. 8 Pantai Daplangu, wisata pantai di Kecamatan Sumur dengan hamparan pasir luas tanpa harus repot-repot menyeberang ke pulau menggunakan kapal. Di lokasi ini, wisatawan bisa mengaksesnya dengan kendaraan pribadi dan bermain air bersama sanak saudara dengan pemandangan Pulau Untuk yang hobi berkano ria, bisa menuju lokasi Sungai Cigenter di Pulau Handeleum. Untuk menempuh pulau tersebut bisa menggunakan kapal nelayan selama 2,5 jam. Siapkan kamera siapa tahu mendapat bonus istimewa dari Ujung Kulon, melihat badak bercula satu jalan-jalan ke pantai. Apa Kabar Badak Ujung Kulon?Meskipun sudah sangat langka, tapi inilah hewan endemik yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon, selain Badak Jawa. Foto badak Jawa Rhinoceros sondaicus di Taman Nasional Ujung Kulon saat ini dalam kondisi kritis. Selain perburuan liar, mereka juga dibayangi ancaman kepunahan karena bencana alam seperti letusan gunung berapi dan tsunami. Peringatan itu rekomendasi hasil studi terbaru yang ditebitkan dalam jurnal konservasi dunia yang cukup bergengsi, Conservation Letter. Dalam studi tersebut disebutkan bahwa sebagian populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon TNUK berada dalam jangkauan Gunung Berapi Krakatau dan dekat dengan Cekungan Sunda. Lokasi ini merupakan daerah konvergen lempengan tektonik yang berpotensi menyebabkan gempa bumi, dan dapat memicu terjadinya tsunami. Dalam studi ini, para peneliti membuktikan bahwa jumlah populasi pada 2013 yang berjumlah 62 individu ini merupakan populasi yang padat dalam satu habitat. Dalam studi ini juga diproyeksikan jika terjadi bencana tsunami setinggi 10 meter, atau sekitar 33 kaki dalam 100 tahun ke depan, dapat mengancam 80 persen area kawasan taman nasional. Padahal kawasan ini merupakan habitat dengan kepadatan populasi Badak Jawa tertinggi. Oleh karena itu, peneliti mendesak untuk segera melakukan pembangunan habitat baru bagi populasi Badak Jawa yang aman dari kawasan rawan bencana habitat baru dapat dilakukan dengan mengidentifikasi lokasi dan mengamankannya, memastikan kesepakatan dengan beberapa pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan masyarakat lokal, dan pemantauan yang intensif di Taman Nasional Ujung Kulon untuk memilih individu Badak Jawa yang tepat untuk segera dipindahkan."Studi ini menjadikan momentum yang baik untuk segera menyelamatkan badak Jawa, kita berpacu dengan waktu," ujar Direktur Konservasi WWF-Indonesia, Arnold Sitompul, dlam keterangan satu anggota tim penulis, Brian Gerber dari Colorado State University, mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan perlu adanya populasi baru badak untuk melindungi spesies ini."Badak Jawa adalah mamalia darat yang paling terancam di dunia,” jelasnya. “Saat ini, kita butuh kesungguhan dari segi politik dan sosial untuk segera bergerak dan membangun populasi tambahan."Studi ini menyajikan analisis terperinci mengenai populasi Badak Jawa, dengan menggunakan metode kamera jebak. Pada 2013, para peneliti memperoleh foto badak yang direkam dari 178 lokasi kamera jebak yang dipasang untuk mendapatkan perkiraan jumlah populasi, yaitu 62 individu. Peneliti menekankan pentingnya agar segera mengambil tindakan yang dapat membantu meningkatkan populasi badak Jawa di TNUK, meningkatkan daya tahan hidup bagi sebagian populasi jika terjadi bencana alam. Hal ini meliputi penjagaan dan perlindungan ketat bagi badak yang tersisa, monitoring, dan meningkatkan pengelolaan habitat termasuk mengendalikan pertumbuhan Langkap Arenga obsitulia, yang memenuhi kawasan dan menghambat pertumbuhan tanaman pakan badak."Kami bangga atas suksesnya mengelola kawasan untuk meningkatkan populasi Badak Jawa, seperti yang ditunjukkan dalam studi ini," kata Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Ujang Mamat Rahmat. "Kami juga telah melakukan beberapa penelitian tentang daerah prospektif untuk habitat kedua, dan sementara itu, kami akan melanjutkan kerja kami untuk meningkatkan patroli keamanan dan daya dukung melalui pengendalian invasif spesies."Daftar Merah IUCN mengklasifikasikan badak Jawa masuk dalam kategori kritis. Spesies ini telah habis dari sebagian besar wilayah sejarah keberadaannya yang dimulai pada pertengahan abad ke-19. Utamanya sebagai hasil dari permintaan berlebihan atas cula badak dan produk-produk lainnya dari peneliti berharap studi ini menjadi inspirasi untuk merevisi Strategi dan Rencana Aksi Badak Jawa yang akan berakhir pada 2017 “Preventing Global Extinction of the Javan Rhino Tsunami Risk and Future Conservation Direction,” telah diluncurkan pada 9 Mei oleh para pakar konservasi dari Indonesia dan dunia, yang berasal dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon, WWF-Indonesia, YABI-Yayasan Badak Indonesia, Global Wildlife Conservation, dan Colorado State University.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS pulau di dekat di ujung kulon. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Pulau di Dekat Ujung Kulon Jawaban TTS 2019-03-01 By Rahmi On Maret 1, 2019 In Blog Jawaban TTS adalah game teka-teki silang yang sangat populer di Indonesia. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah “Pulau di dekat Ujung Kulon”. Pulau ini sebenarnya adalah salah satu dari banyak pulau di sekitar Ujung Kulon, yang merupakan area konservasi alam yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. LokasiContinue Reading PulauPanaitan adalah sebuah pulau yang terletak paling barat di Ujung Semenanjung Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang dipisahkan oleh sebuah selat sempit. Pulau Panaitan merupakan pulau yang tidak kalah menariknya dengan Pulau Peucang. Pulau dengan luas ± 17.000 Ha ini memiliki berbagai potens See more detailsJawaban TTS adalah game teka-teki silang yang sangat populer di Indonesia. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah “Pulau di dekat Ujung Kulon”. Pulau ini sebenarnya adalah salah satu dari banyak pulau di sekitar Ujung Kulon, yang merupakan area konservasi alam yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Lokasi Ujung Kulon Ujung Kulon terletak di ujung barat Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Banten. Area ini terkenal karena keindahan pantainya dan kekayaan alamnya yang melimpah. Selain itu, Ujung Kulon juga menjadi tempat tinggal bagi beberapa spesies hewan yang langka, seperti badak Jawa dan kancil. Pulau di Dekat Ujung Kulon Terdapat banyak pulau di sekitar Ujung Kulon, namun yang paling terkenal adalah Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum. Pulau Peucang terkenal karena pantainya yang indah dan keberadaan rusa yang berkeliaran bebas. Sedangkan Pulau Handeuleum terkenal karena wisata airnya, yaitu menyusuri sungai dengan perahu dan melihat berbagai spesies hewan seperti monyet dan kadal. Cara Menuju Pulau di Dekat Ujung Kulon Untuk menuju Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum, pengunjung harus melewati beberapa tahap. Pertama, pengunjung harus menuju Pelabuhan Tanjung Lesung, yang terletak sekitar 3 jam perjalanan dari Jakarta. Selanjutnya, pengunjung harus menyewa perahu untuk menuju Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum. Akomodasi di Pulau Peucang Untuk pengunjung yang ingin menginap di Pulau Peucang, terdapat beberapa pilihan akomodasi. Salah satunya adalah wisma yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Wisma ini terletak di pinggir pantai dan menyediakan kamar dengan harga yang terjangkau. Aktivitas di Pulau Peucang Di Pulau Peucang, pengunjung bisa melakukan berbagai aktivitas seperti snorkeling, berenang, atau berjalan-jalan di sekitar pulau. Selain itu, pengunjung juga bisa mengunjungi Cidaon, yang merupakan hutan mangrove yang terletak di Pulau Peucang. Akomodasi di Pulau Handeuleum Untuk pengunjung yang ingin menginap di Pulau Handeuleum, terdapat beberapa homestay yang bisa dipilih. Homestay ini biasanya dikelola oleh warga sekitar dan menyediakan kamar yang sederhana namun nyaman. Aktivitas di Pulau Handeuleum Di Pulau Handeuleum, pengunjung bisa melakukan berbagai aktivitas seperti menyusuri sungai dengan perahu, bermain air, atau berjalan-jalan di sekitar pulau. Selain itu, pengunjung juga bisa mengunjungi Taman Pulau Dua, yang merupakan tempat pemulihan satwa liar yang terletak di Pulau Handeuleum. Kesimpulan Ujung Kulon adalah salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi bagi pecinta alam dan penggemar game teka-teki silang. Terdapat banyak pulau di sekitar Ujung Kulon, namun yang paling terkenal adalah Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum. Untuk menuju ke pulau-pulau tersebut, pengunjung harus melewati beberapa tahap dan menyewa perahu. Namun, pengalaman yang didapatkan di pulau-pulau tersebut akan membuat perjalanan menjadi tidak terlupakan.Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS pulau di dekat ujung kulon. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Matahari kian meninggi, panas teriknya terasa di pori-pori tubuh. Jam dinding di kantor telah menunjukkan pukul Dua jam sebelumnya kami telah berkemas. Hari ini kami berencana mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon. Setengah jam kemudian kami bergegas menuju mobil untuk segera berangkat. Berpenumpang empat orang, mobil melaju 80-100 kilometer. Sang sopir Ucok terlihat lihai mengendarai mobil menyalip mobil-mobil di sisi depan diambil dari Jakarta melalui via tol-Serang-Pandeglang-Panimbang-Sumur. Perjalanan ini merupakan pengalaman pertama bagi kami. Di sepanjang jalan kami berempat saling melempar obrolan. “Berapa jam ya sampai Ujung Kulon?” ujar Iqbal. Dia adalah kawan dari National Geographic untuk digital strategis. Di tengah obrolan seru, tiba-tiba kami menerima email untuk tiba di pantai Karang Bolong sore hari. Gas terus ditancap, mata mengarah kanan-kiri. Dengan bantuan Global Positioning System GPS mobil kami melesat menuju pantai Karang Bolong. Seorang ibu dan anaknya berjalan melewati jalan yang berbatu menuju Taman Nasional Ujung Kulon, Banten 21/5. Parahnya kondisi jalan membuat warga terhambat melakukan aktifitas. Warga berharap kepada pemerintah agar memperbaiki jalan yang rusak ini. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler Pukul setengah lima sore kami tiba di pantai. “Kiri-kiri” ujar petugas parkir yang mangkal. Mobil diparkir, kami mempersiapkan diri untuk merekam senja di pantai itu. Tarif masuk ke area pantai cukup mahal. Setiap pengunjung dikenai tarif dua puluh ribu rupiah. Angin pantai yang kencang seolah menampar muka, suara deburan ombak menggelitik telinga. Pantai Karang Bolong menyambut dengan kemilau emas warna senja.!break! Lampu kendaraan yang berseliweran dan rumah penduduk yang dilewati mulai menyalakan lampunya. Hari sudah makin gelap. Kami melanjutkan perjalanan kami ke Ujung Kulon. Jalan yang berkelok dan beberapa kondisi jalan berbatu parah membuat penumpang bergoyang-goyang layaknya naik kuda. “Wah parah ya jalan menuju Ujung Kulon, taman nasional lho” ujar Herzon, kawan yang bertugas untuk mengambil video selama perjalanan. Mata mulai memerah, badan mulai lemas. Pukul sebelas malam akhirnya kami membaca penginapan yang telah dipesan. Tak pikir panjang badan langsung tergeletak di kasur empu penginapan, keesokan hari subuh harus bergegas lagi menuju dermaga Sumur. Perakitan kapal yang berada di dermaga Sumur, Banten 21/5. Untuk membuat kapal sejenis ini pemilik mengaku merogoh kocek sampai ratusan juta rupiah. Kapal di dermaga ini biasanya difungsikan untuk mencari ikan dan mengantar wisatawan menuju Peucang maupun Handeleum. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler Ditengah terlelapnya tidur, tiba-tiba alarm berbunyi. Sontak harus bersiap diri untuk menuju ke dermaga Sumur. Pukul enam pagi tiba di dermaga itu. Menjelajahi sudut-sudut kampung nelayan. Nampak beberapa orang telah sibuk mengangkat diesel dari kapal. Juga dari kejauhan terlihat sebuah kapal dirakit. Sekitar tujuh orang berada di atasnya. Ada yang memahat kayu, ada yang mengecat kapal danada yang bertugas membersihkan kapal dari tumpukan bekas potongan kayu. Ternyata mereka sedang membuat kapal. Ya, memang kapal tak cukup besar, daya tampung sekitar 20 orang. Saat kami bertanya kepada sang pemilik kapal, kelak kapal ini akan dijadikan transportasi menuju Pulau Peucang, Handeleum dan sekitarnya. Kapal ini juga merangkap untuk mencari ikan di lautan lepas. Biaya pembuatan kapal cukup fantastis, yakni menghabiskan sekitar 300-500 juta rupiah. Beberapa wisatawan menghabiskan waktu untuk berlibur di pantai Cinibung, Sumur, Banten 21/5. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler !break! Ujung Kulon, daerah yang terletak di barat pulau Jawa ini tersohor dengan rumah bagi badak Jawa. Taman Nasional Ujung Kulon TNUK ini beralamat lengkap di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Badak jawa, atau badak bercula-satu kecil Rhinoceros sondaicus tak hanya hidup di Pulau Jawa saja, namun bisa ditemukan di sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Sejumlah nelayan menaiki sampan yang akan merapat ke dermaga Calincing, Banten 21/5. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler Luas wilayah Ujung Kulon sekitar ha, terdiri dari ha kawasan daratan dan 44,337 ha kawasan perairan laut. Di Ujung Kulon terdapat 5 primata, 22 jenis amfibia, 35 jenis mamalia, 240 jenis burung, 59 jenis reptilia, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Tak hanya badak jawa yang dilindungi disana saja, namun satwa langka lain seperti lutung Trachypithecus auratus auratus, owa Hylobates moloch, macan tutul Panthera pardus, banteng Bos javanicus javanicus, rusa Cervus timorensis russa dan ajag Cuon alpinus javanicus juga dilindungi. Plakat Ujung Kulon sebelum memasuki pos Cilintang. Di pos ini wisatawan yang masuk dikenai tarif rupiah. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler !break! Karena keberadaanya yang langka akhirnya World Wide Fund for Nature WWF bergerak untuk melindungi dan mengembangkan badak Jawa ini agar terhindar dari ancaman penyakit, bencana alam, ataupun kompetisi dengan pemangsa lainnya. Ujung Kulon ditetapkan oleh UNESCO sebagai Natural World Heritage Site Situs Warisan Alam Dunia pada tahun 1991. Hingga kini, keberadaan primadona Ujung Kulon ini diperkirakan berjumlah 50-60an ekor. Jeneti 42 membakar ikan kue/simbak yang akan dihidangkan ke penginapan di dekat rumahnya 21/5. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler Semula tujuan kami untuk melihat bagaimana kondisi terkini Ujung Kulon setelah 25 tahun diresmikan oleh UNESCO. Tak hanya alam saja, kami ingin melihat bagaimana potensi dan aktivitas warga disana. Selama perjalanan senyum sapa warga selalu menyambut tiap kali berkunjung ke suatu tempat. Di sepanjang perjalanan disuguhkan pemandangan gunung dan pantai yang berpasir putih. Ujung Kulon memiliki pantai yang masih asri. Pantai disepanjang daerah Sumur memiliki keindahan yang bisa menghipnotis indera. Beberapa wisatawan bercanda-tawa sambil berenang di pinggir laut, membuat kami betah sejenak disana. Sore itu pun matahari memanjakan dengan guyuran cahaya emas bahwa sang surya akan terbenam di ufuk barat. Seorang nelayan memperlihatkan hasil tangkapannya yakni ikan kakap merah dan ikan pari di dermaga Calincing, Banten 21/5. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler Souvenir badak yang dapat ditemukan di desa Cinibung, Banten 21/5. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler !break! Selanjutnya kami berkunjung ke Ciwisata Cinibung Wisata. Desa ini merupakan kampung pengrajin souvenir badak di Ujung Kulon. Hasil produksinya meliputi gantungan kunci, pembatas buku, patung dan pernak – pernik yang berbentuk badak. Ciwisata ini dikelola oleh masyarakat yang dibina olehWWF, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pandeglang dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Pesona sunset di pantai Karang Bolong, Banten 21/5. Rahmad Azhar/National Geographic Traveler Jalan yang belum diaspal menuju Ujung Kulon membuat waktu tempuh kian lama. Membuat kepala kami pusing karena jalannya sangat bergelombang. Potensi wisata dan pesona alamnya seharusnya bisa menjadi andalan pariwisata. Andaikan jalan yang berbatu itu telah diaspal bisa dibayangkan berapa puluh, ratus wisatawan yang datang ke Ujung Kulon. Kondisi ini harusnya menjadi perhatian pemerintah setempat agar Ujung Kulon hidup dengan potensi yang dimilikinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Pulaudi dekat Ujung Kulon: PANAITAN; Penyamaran / pengelabuan: KAMUFLASE; Tidak berbelit belit: LUGAS; Daripada (Inggris): THAN; 2. Kunci Jawaban TTS Pintar Level 142: KUNCI JAWABAN TTS PINTAR 2022 LEVEL SELANJUTNYA>> 1 Pulang Peucang. Tempat Wisata di Taman Nasional Ujung Kulon yang pertama adalah Pulau Peucang. Pulau ini merupakan destinasi wisata favorit pengunjung, karena memiliki tempat yang sunyi, dan sangat eksotis akan panorama samudera biru yang luas. Di pulau ini, pengunjung bisa snorkelling ataupun diving menikmati indahnya bawah laut Pulau Peucang. Pengunjungdapat melakukan snorkling dan Diving di tempat ini sambil mengamati ekosistem bawah air yang indah. Tempat ini dapat dicapai dari Sumur 4-5 jam atau dari Carita 6-7 jam dengan kapal biasa, dan 2,5 jam dari Sumur atau 3 jam dari Carita dengan speed boat. Surfing di Legon Bajo, Pulau Panaitan.
Pulaudi dekat Ujung Kulon: Panaitan: Sentuhan dengan ujung jari: Colek: Makin ke ujung makin kecil. Tirus: Bagian atas, ujung, pangkal: Hulu: Besi yang ujungnya melentuk: Kait: Ujung poros atau sumbu bumi. Kutub: Kawat yang ujungnya melentuk: Kait: Berkenaan dengan ujung lidah: Apikal: Ujung tangan yang beruas ruas: Jari: Alat tulis yang ujungnya lunak: Spidol: Berjalan dengan ujung kaki saja: Jinjit
JawabanTTS dari 'sebuah pulau yang terletak di sebelah barat laut jawa dekat ujung kulon pandeglang banten' : lLzf.